ANEH.

ANEH

Menulis ini adalah sebuah gejolak batin. Saya pesimis bisa mencapai tujuan dari penulisan saya ini. Tapi saya ingin saja menulis karena saya tetap ingin optimis dalam setiap kepesimisan saya. Tulisan ini panjang. Sangat panjang. Seandainya ingin membaca silakan melanjutkan. Seandainya tidak, lebih baik berhenti disini. Besar kemungkinan setelah selesai membaca ini, kita akan merasa sia-sia akan waktu yang ada. Sekali lagi, lebih baik berhenti daripada melanjutkan.

Akhir-akhir ini.

Semua teriak-teriak ketidakadilan.
Semua teriak-teriak hak saya.
Semua teriak-teriak aksi balasan.
Semua teriak-teriak.
Semua.

KETIDAKADILAN

Mari berbicara ketidakadilan. Membahas ketidakadilan adalah membahas Yesus. Satu-satunya pribadi yang diperlakukan tidak adil adalah Yesus. Dia tidak berdosa malah dibuat menjadi dosa dan dihukum sampai mati. Mati dengan cara yang sangat tidak adil.

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. (2 kor 5:21 TB)

Siapa pelakunya? Kita. Orang-orang yang merasa paling adil di dunia.

Coba jawab jujur. Bersyukur gak Yesus diperlakukan tidak adil? Kalau berbicara ketidakadilan, seperti yang sudah saya tulis diatas kita adalah orang yang paling tidak adil dan tidak tahu diri. Sudah kita bunuh PribadiNya, masih kita minta keselamatan daripadaNya. Lalu apa poinnya? Poinnya adalah ketidakadilan adalah hal yang biasa.

Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan. (Pengkhotbah 3:16 TB)

Akan tetapi, Tuhan bisa merubah ketidakadilan menjadi berkat buat kita, yang penting hati kita benar dihadapan Tuhan.

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. (Kejadian 50:20 TB)

Seandainya kita bisa menulis ulang Alkitab, apakah kita mau kisah Yusuf tanpa bagian dia dipenjara? Apakah kita mau kisah Daud tanpa dia di gua adulam? Apakah kita mau kisah Yohanes tanpa dia dipenggal oleh Herodes? Apakah kita mau Musa diinjinkan Tuhan masuk kedalam tanah perjanjian? Apakah kita mau bangsa Israel tidak dijajah di Mesir? Ini bukan masalah adil atau tidak ini masalah proses yang harus mereka lewati, dan kita bisa belajar lewat proses itu.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Tim 3:16)

Ahok pun sama, mungkin dia harus melewati proses ini. Kalaupun dia mau naik banding, kita menghargai keputusannya. Sama seperti di Paulus di Alkitab naik banding ketika dia harus menghadapi sidang demi sidang untuk mempertahankan imannya. Masalahnya apa yang kita lakukan dengan berteriak-teriak keadilan, jangan-jangan memotong proses Tuhan dalam hidup Ahok.

Menulis ini bukannya berarti saya takut atau pasif. Tidak sama sekali tidak. Saya berani, sangat berani, cuma akal saya selalu berkata, “Buat apa?” Petrus dalam keberaniannya menyandang pedang di taman getsemani. Bukan sekadar meyandang, ia mengayunkan pedangnya sehingga putuslah kuping hamba imam besar. Lalu Yesus bikin apa? Apakah Yesus memuji Petrus akan keberaniannya? Tidak. Alkitab mencatat bahwa Yesus menyambung kembali kuping yang diputuskan oleh Petrus. Yesus bahkan bertanya sebuah pertanyaan retoris kepada Petrus.

Maka kata Yesus kepadanya: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? (Mat 26: 52-53 TB)

Liat apa yang Yesus lakukan?

Buat Yesus yang penting adalah suatu kali hamba imam besar ini bisa memiliki telinga yang dapat membantunya mendengar Injil kebenaran. Betapa banyak persahabatan yang hancur hanya karena kita memilih untuk ‘memotong’ telinga mereka. Bagaimana kita mau membawa terang kalau kita yang menutup cahaya itu sendiri. Ketika kita melihat mereka? Apakah ada belas kasihan? atau ada rencana pembalasan?

AKSI BALASAN

Akhir-akhir ini diserukan aksi balasan dalam bentuk aksi damai. Saya sebetulnya kurang begitu setuju tentang opsi ini. Menurut saya semakin kita diam maka akan semakin baik (nanti saya jelaskan di bagian ‘strategi’). Mengapa saya kurang sreg dengan aksi balasan? Belajar dari Daud. Daud itu lari dari Saul, kenapa? Karena ada gadis-gadis muda yang gak terima ketika ada koor ibu-ibu yang memuji Saul. Mereka berbalas-balasan. Yang jadi korban Daud.

dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. (1 Sam 18:7-9 TB)

Tahun 2012 ketika Jokowi menang pilgub DKI, semua (termasuk saya) menghina-hina Fauzi Bowo dengan segala bentuk tulisan dan gambar. Tahun 2014 ketika Jokowi naik Presiden berapa banyak gambar, tulisan yang menghina Prabowo. Sekarang Ahok masuk penjara, mulai keluar balasan dalam bentuk gambar dan tulisan yang menghina Ahok, bahkan sekarang sudah populer sebuah hashtag #salamduatahun. Buat yang gak terima Ahok dipenjara dua tahun mulai menyerang. Ini aneh banget. Saya pengen nulis, ini bodoh banget tapi terlalu kejam. Padahal ini bukan lagi aneh tapi bodoh. Tapi yasudahlah mari bilang ini aneh.

Waktu menang, kita menghina yang kalah. Waktu kita kalah kita tidak menerima yang menang. Waktu Ahok naik gubernur karena Jokowi menang, semua berlomba-lomba mengklaim ini rencana Tuhan. Waktu Ahok masuk penjara ini rencana siapa? Berani jawab ini rencana setan? Masak rencana Tuhan kalah sama rencana setan?

Kalau kita berbalas-balasan yang jadi korban siapa? Ahok. Jokowi. Bangsa Indonesia.

Lebih parah lagi, mau apa bangsa ini pecah? Mau ada Indonesia utara dan Indonesia selatan? Semakin kita berbalas-balasan semakin senang lah Iblis. Kita pikir mereka yang dipake Iblis, ternyata kita sendiri yang dipake. Coba perhatikan baik-baik. Kelompok A datang dengan baju merah, kelompok B datang dengan baju putih. Gabungan kita semua adalah Merah dan Putih. Ini bukan kebetulan. ini suatu tanda bahwa Iblis sedang merobek-robek kita. Iblis sedang memisahkan merah dari putih dan sebaliknya. Jangan biarkan ini terjadi.

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (Roma 12 :19 TB)

HAK SAYA

Dulu waktu saya kecil saya sering berantem dengan saudara-saudara saya. Setiap kali orang tua saya tau maka yang kena omel adalah dua-duanya. Saat itu, sebagai pihak yang merasa benar saya selalu berpikir, “orang saya yang benar kenapa saya yang diomelin”. Bukankah hak saya adalah pembelaan dari orang tua saya? Akan tetapi, semakin dewasa saya, semakin saya sadar bahwa kesalahan saya adalah terprovokasi.

Dalam pertandingan sepakbola, sehebat apapun seorang pemain jika emosinya gampang tersulut maka dia adalah mangsa empuk buat lawannya. Pada final piala dunia 2006, Zidane terprovokasi oleh hinaan Materazzi, akibatnya ia menanduk Materazzi dan dia menerima kartu merah. Materazzi dan Italia pun senang karena akhirnya mereka menjadi juara. Yang terprovokasi Zidane, yang kalah 1 negara. Itu adalah efek dari terprovokasi.

Kalau kita terprovokasi maka yang hancur adalah negeri ini. Semakin kita terprovokasi maka iblis makin senang. Disinilah strategi iblis berjalan dengan sangat baik. Kita bukan melihat iblis sebagai musuh, malah kita melihat ‘mereka’ sebagai musuh. Padahal kita semua sangat familiar dengan ayat berikut ini:

karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12 TB)

Jadi sesuatu yang terbuat dari darah dan daging. Sejahat apapun dia. Dia bukan musuh kita. Musuh kita itu tidak terlihat. Lihat dong betapa bangsa ini berusaha dihancurkan Iblis dari zaman penjajahan sampai hari ini. Iblis sadar dengan menggunakan kekuatan dari luar dia gak berhasil, makanya dia mau hancurkan dari dalam. Jadi stop menghina-hina dan berteriak-teriak yang malah memperkeruh suasana. Bangsa kita ini jago gerilya. Ayo peperangan melawan iblis dengan strategi senyap.

Apa itu strategi senyap?

Pada paragraf sebelum ini saya sudah memeberi gambaran akan siapa musuh kita sebenarnya. Semoga persepsi kita sama. Untuk melawan musuh yang tidak terlihat, maka kita harus menggunakan kekuatan persenjataan yang tidak terlihat.

Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (Efesus 6:13-18 TB)

Saya teringat kisah bagaimana bangsa Israel harus menghadapi kenyataan bahwa mereka akan dimusnahkan pada zaman Ester. Palu sudah diketok, kemusnahan sudah didepan mata. Lalu saya teringat juga akan kisah bangsa Niniwe yang sudah dalam agenda Tuhan untuk dihancurkan. Kali ini bukan manusia yang berencana tapi Tuhan sendiri yang memutuskan. Akan tetapi semua kita tahu bahwa akhirnya baik bangsa Israel dan bangsa niniwe selamat. Apa yang mereka lakukan?

Mereka berpuasa. Mereka memilih bertempur di alam roh dibanding di alam daging. Bagaimana bertempur di alam roh?

Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:44 TB)

Sederhananya seperti ini (bisa variasikan sendiri) dan lakukan bersama-sama dengan group-group sosial media yang kita punya.

Senin. Perkatakan Firman dan berkat secara bersama-sama
Selasa. Lakukan kebaikan untuk 3 orang.
Rabu. Doa keliling. Ketika sedang diajalan dimobil dikantor mulai perkatakan semua hal yang positif buat bangsa Indonesia.
Kamis. Puasa.
Jumat. Siapkan 5 nasi bungkus. Bagikan kepada mereka yang kelaparan.
Sabtu. Siapkan waktu berdoa bersama dengan keluarga untuk bangsa ini
Minggu. Rayakan kemenangan minggu ini.

Tanpa agenda politik tanpa maksud apapun bahkan kalau bisa tanpa koar-koar di media. Dengan cara seperti ini. Kita sedang menabur firman dan kebenaran di bangsa ini. Stop berteriak-teriak. Ganti dengan dengan aksi senyap. Sesenyap mungkin, sampai digenapi apa yang Alkitab katakan:

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya (Matius 24:14 TB)

NB: Makanya Gid jadi orang kristen jangan jadi Kristen sosial media. Mending jadi kristen Alkitabiah. Kelamaan di sosial media cuma masalah waktu jadi aneh. (Ngomong ke diri sendiri)

Cheers,

BinsarGideon

About Gideon Sitorus

Love Live Learn Blog
This entry was posted in random stuff and tagged , . Bookmark the permalink.

3 Responses to ANEH.

  1. Agnes Surjadi says:

    Terus berjuang melalui tulisanmu, biar menjadi berkat untuk bangsa dan negara tercinta Indonesia.
    Tuhan berkati

  2. Aditya says:

    Kyknya Yohanes Pembaptis deh yg dipenggal oleh Herodes, bukan Paulus. Cmiiw

Leave a reply to Agnes Surjadi Cancel reply