Melanjutkan

5-ways-to-keep-going-after-hitting-the-wall

Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. (1 Yohanes 2:6 TB)

The man who professes to be continuing in Him is himself also bound to live as He lived. (1 John 2:6 WNT)

Terjemahan lain dari kata “ada” dari ayat diatas adalah “mengaku masih melanjutkan”. Apakah kita masih melanjutkan perjalanan kita didalam Kristus? Jika jawabannya adalah “Ya”, maka kita terikat untuk hidup sama seperti Dia hidup. Banyak orang yang menerima Tuhan sebagai Juruslamat, tetapi sedikit yang tetap melanjutkan perjalanannya bersama dengan Tuhan. Mengapa? Karena sulit. Sangat sulit. Sejujurnya, saya berkali-kali merasa capek dengan semua yang serba “Ketuhanan”. Saya berkali-kali merasa aneh sendiri, terlalu radikal, ekstrim banget, gak peka sama perubahan zaman. Makin kesini makin susah menjadi pengikut Kristus. Saya yakin kita semua merasakan yang sama.

Sebetulnya, rasa letih adalah tanda kita masih melanjutkan perjalanan. Nabi besar zaman perjanjian lama yang bernama Elia juga pernah merasakan hal yang sama. Ia letih dengan gaya hidupnya yang berbeda sendiri dengan seluruh manusia pada zamannya. Jadi saya rasa adalah normal ketika kita merasa letih tentang semua yang serba “Ketuhanan”. Letih boleh, mundur jangan. Keep goin. Mengapa? Karena sebetulnya dunia merindukan orang-orang yang berbeda. Kalau bukan kita siapa lagi?

Perhatikan pemilu Amerika, siapa yang menyangka bahwa sosok kontroversial bernama Donald Trump bisa memenanginya. Perhatikan referendum Inggris, siapa yang menyangka bahwa akhirnya mayoritas rakyat memilih untuk keluar dari Uni Eropa. Perhatikan kandidat-kandidat pemilu Jerman, Belanda, Perancis, dan beberapa negara eropa lainnya, siapa yang mulai mendapat kepercayaan? Mereka yang “berbeda” tiba-tiba menjadi orang-orang yang dipercaya untuk memegang tampuk kepemimpinan. Mungkin mereka ‘berbeda” demi ambisi pribadinya, tetapi kita melakukannya karena Kristus. Kita terikat untuk hidup sama seperti Kristus hidup.

Kemarin saat saya sarapan bersama dengan mama saya, saya bercerita tentang pergumulan saya, tentang bagaimana semuanya sepertinya berantakan, and she told me, “Pada akhirnya, hidup kamu adalah tentang kamu dan Tuhan, bukan tentang kamu dengan yang lainnya. Semua yang kita rasa hanya sementara. Bahagia, sedih, kaya, miskin, semuanya sementara. Hubungan kita dengan Tuhan itu yang kekal. Berpeganglah pada yang kekal bukan pada yang sementara”. My tears almost fell down when i was listening to her profound statement. I thank God for my mom.

Letih boleh, mundur jangan.

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (Yesaya 40:29 TB)

Cheers,

BinsarGideon

About Gideon Sitorus

Love Live Learn Blog
This entry was posted in Bergaul dengan Tuhan. Bookmark the permalink.

Leave a comment