Demokrasi

Selamat Joe Biden. Sebagai pribadi, saya lebih memilih Donald Trump, padahal kalau dipikir-pikir, siapa saya, gak ada hak milih, dan gak ngerti politik Amerika. Kenapa saya pilih Donald Trump? Urusan saya, dan gak penting juga karena tidak merubah apa-apa.

Buat saya yang tidak mengerti mengerti politik Amerika, saya lebih suka untuk memperhatikan arah gereja-gereja lokal disana. Sepanjang saya melihat maka kesimpulan yang saya temuka adalah banyak yang mendukung Donald Trump (saya sih belom lihat semua), bahkan ada beberapa foto dan video yang beredar bagaimana pendeta mendoakan, bernubuat, mendeklarasikan, dan bahkan ‘membawa-bawa’ Tuhan untuk konfirmasi bahwa Donald Trump akan kembali menjadi presiden Amerika, sebuah tindakan yang akhirnya menjadi bumerang hinaan untuk mereka, dan bahkan tidak sedikit orang Kristen yang ikut juga dalam mengunggah sindiran-sindiran kepada mereka yang dianggap hamba Tuhan karena salah dalam menyampaikan apa yang mereka percayai sebagai ‘pesan Tuhan’. Hal yang sama juga terjadi dalam pilpres Indonesia, beberapa pendeta menganggap Prabowo adalah pilihan Tuhan buat bangsa Indonesia, walaupun nyatanya Jokowi menjadi presiden selama dua periode, dan bahkan Prabowo ikut dalam kabinet pilihan Jokowi di periodenya yang kedua.

Untuk saya, wajar-wajar saja sebuah gereja atau hamba Tuhan mendukung capres tertentu dan mengkampanyekan mereka walaupun harga yang harus dibayar mungkin akan ada riak yang tidak perlu dalam gereja tersebut. Yang jadi tidak wajar adalah ketika gereja atau hamba Tuhan selalu membawa-bawa Tuhan dalam menentukan arah dukungan mereka. Terkadang bahkan sampai titik ekstrim dimana gak sedikit yang berkata capres tertentu adalah pilihan Tuhan, hal ini sangat mengerdilkan Tuhan. Apakah Tuhan tidak bisa melakukan apapun jika yang terpilih presiden A instead presiden B. Alkitab menjelaskan, bahwa Tuhan adalah ahli dalam menggunkan segala hal untuk tujuanNya tercapai. Bahkan tulang Elisa yang sudah mati saja bisa dipakai menghidupkan orang lain, Elisa tidak bangkit, tetapi tulangnya membangkitkan orang. Tuhan bisa pakai siapa aja untuk kepentinganNya. Kitab Nehemia adalah bukti bahwa Tuhan menggunakan orang fasik untuk membangun kembali reruntuhan tembok Yerusalem. Lagipula, karena sistem politik yang dianut adalah sistem demokrasi, maka Tuhan juga pasti akan menghargainya. Saya percaya pemimpin adalah pilihan Tuhan, tetapi urusan Tuhan dan kapasitas Tuhan lebih dari sekedar memilih pemimpin, terkadang kita melihat dengan kacamata bahwa jika pemimpin A yang terlibat maka rencana Tuhan akan semakin terlaksana, seolah-olah kita lebih mengerti rencana Tuhan dibanding Tuhan.

Sebagai warga negara yang baik tugas kita adalah berdoa untuk bangsa (baik sedang pilpres atau tidak), memilih pemimpin yang kita anggap akan membawa kita ketempat yang lebih baik menurut kita daripada pemimpin lainnya. Jangan pernah membawa-bawa Tuhan dalam meyakinkan orang lain untuk memilih pilihan kita apalagi sampai mengintimidasi orang lain yang punya pandangan berbeda dengan kita. Tuhan menghargai sistem pemerintahan yang ada. Tuhan Yesus pernah bertemu dengan pemimpin pasukan romawi yang imannya jauh lebih besar dibanding seluruh orang yahudi yang ada, Tuhan tidak mengendorse dia sebagai pemimpin romawi karena status imannya. Waktu Tuhan datang ke dunia, Tuhan gak ganti Herodes, Tuhan bahkan harus berpindah-pindah karena Herodes, karena berpindah-pindah adalah rencana Tuhan untuk bayi Yesus.

Semoga kita semua belajar menghargai proses demokrasi, kampanye boleh tapi atas nama pribadi bukan bawa-bawa Tuhan.

#sayajugabertobatkarenakayaknyasayajugapernah

Cheers,

Binsargideon

About Gideon Sitorus

Love Live Learn Blog
This entry was posted in random stuff and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment