Sadar

002-prodigal-son

Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (Lukas 15:17)

Perumpamaan tentang anak yang hilang adalah salah satu perumpamaan yang paling terkenal yang pernah diceritakan oleh Tuhan Yesus. Perumpamaan ini tidak pernah berhenti membuat kita terkagum-kagum akan besarnya kasih dan penerimaan Bapa terhadap kita. Bapa menerima kita adalah satu hal, tetapi apakah kita mau diterima Bapa adalah hal yang berbeda. Sebagai makhluk yang diciptakan dengan kehendak bebas, kita bebas untuk memilih apakah kita mau mendekat kepada Bapa atau sebaliknya.

Sebetulnya dalam cerita ini bukan saja anak bungsu saja yang terhilang, melainkan si sulung pun terhilang. Si bungsu terhilang diluar rumah sedangkan si sulung terhilang didalam rumah. Berkali-kali dalam hidup saya, saya menemukan benda yang saya cari untuk waktu yang lama ternyata berada begitu dengan saya. Benda tersebut terhilang didekat saya. Waktu manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa, manusia terhilang di taman eden bukan diluar taman eden. Jika dibandingkan secara fisik, maka Yudas berada lebih dekat dengan Yesus dibandingkan Paulus, tetapi pada kenyataannya Yudas menjual Yesus, sedangkan Paulus menjual segalanya demi Yesus.

Mudah untuk mengarahkan jari telunjuk kepada mereka yang tampak luarnya penuh dengan dosa dan berkata bahwa mereka perlu kasih Bapa. Akan tetapi, tidak mudah bahkan tidak pernah mudah untuk sadar bahwa kita yang berada begitu dekat dengan Bapa juga memerlukan Bapa. Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam tekanan yang begitu hebat si bungsu menyadari bahwa ia memerlukan Bapanya. Berbeda dengan si sulung yang terus-menerus hidup dekat dengan Bapanya tetapi dengan agenda pribadi bahwa suatu saat ia ingin berpesta dengan sahabat-sahabatnya. Kedua anak ini sombong dan sama-sama memiliki kepentingan pribadi. Akan tetapi, ada masa dimana si bungsu sadar, sedangkan si sulung tidak sadar.

Akhir dari perumpamaan ini seolah dibiarkan oleh Tuhan untuk kita memilih bagaimana dengan nasib dari si sulung. Saya yakin bahwa kita semua yang sudah diselamatkan adalah anak-anak sulung. Ditengah kesibukan kita, prestasi kita, kerja keras kita, atau apapun yang kita sedang lakukan untuk Tuhan tetaplah rendah hati untuk sadar bahwa kita tetap memerlukan Tuhan. Sikap hati si bungsu untuk merendahkan diriNya setara dengan orang-orang upahan Bapanya adalah satu sikap yang harus terus kita jaga dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus ketika datang ke dunia memilih rupa seorang hamba bukan seorang anak. Yesus juga mengajarkan kepada kita suatu sikap hati yang berkata, “Aku ini hanya seorang hamba yang tidak berguna yang melakukan apa yang harus aku lakukan”.

Tuhan tidak memerlukan kita, akan tetapi Ia memilih kita. Jangan Sombong.

Cheers,

BG

About Gideon Sitorus

Love Live Learn Blog
This entry was posted in Bergaul dengan Tuhan and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a comment